Minggu, 14 Agustus 2011

Hari Bumi. Masih adakah yang peduli?

Hari ini, hari bumi. Bisa juga disebut hari ulang tahun bumi. Berapa umur bumi? Ulang tahun yang ke berapa kali ini?

Romo mangunwijaya menyebut umur bumi 50 milyar tahun, dan masih akan berumur 50 milyar tahun lagi kedepan. Teori umur ini boleh kita sepakat, juga tidak. Betapa sulitnya menghitung umur, yang kita sendiri tidak pernah tau bagaimana menggunakan standarisasi ukurannya. Sama halnya mencari ‘titik-tengah bumi’ dengan kondisi bumi yang bulat, untungnya bumi punya dua sisi utara-selatan dilihat dari poros perputarannya. Dari sanalah semua diukur.

Setiap hari bumi, para penggiat lingkungan selalu memberikan warning, betapa bumi yang kita tempati sudah mengalami kerusakan luar biasa akibat ulah manusia. Kerusakan teritinggi terjadi diawal abad 20-21, terutama saat manusia mengekplorasi bumi menggunakan bantuan teknologi. Penebangan pohon yg dulu dilakukan secara manual, menggunakan kapak memerlukan waktu lama untuk ‘membabat’ hutan. Lain hanya saat gergaji mesin, dan peralatan mesin lainnya digunakan, penebangan berlangsung cepat dan dalam area yang sangat luas.

Kerusakan ekosistem berakibat pada kerusakan mata-rantai kehidupan, terutama kehidupan flora-fauna di sekitarnya. Sebatang pohon, buat koloni semut atau lebah ibarat sebuah kampung. Ada kehidupan ekosistem yang saling berhubungan satu dan lainnya. Kerusahan hutan dengan sendiri nya akan mengganggu keseimbangan kehidupan manusia.

Global warming, climate change, mencairnya es glester di kutub, hilangkan beruang kutub, bocornya lapisan ozon, naiknya air laut, musin yang tidak teratur, banjir bandang, kekeringan dan sebagainya ini resiko yang harus dibayak atas kerusakan hutan dan lingkungan.

Melestarikan lingkungan dan memanfaatkannya pada batas kewajaran, sehingga tidak merusak ekosistem dan keseimbangan, adalah hal yang harus terus menerus dikampanyekan. Orang Amerika tidak bisa membiarkan kerusakan rain forest(hutan hujan) di daerah tropis Indonesia(asia), Brazil (Amerika) atau Kongo(Afrika), sebagai paru-paru dunia. Begitu juga kita tidak bisa membiarkan negara maju dan korea utara untuk melakukan uji-coba senjata nuklir, karena efek yg diakibatkan pada lokasinya, menimbulkan gelombang radio aktif yg akan menghancurkan kemanusiaan. Lihat saja efek yang didapat dari ledakan chernobyl, Uni Sovyet, sampai hari ini , lokasi tersebut ‘sangat berbahaya’ bagi manusia. Termasuk tempat uji coba bom atom perang dunia ke II,di grand zero(skrg dipake juga untuk lokasi teror 911), di deket Mexico yg sampai hari juga tidak boleh dimasuki manusia.

Mengkampanyekan lingkungan hidup bisa dimulai dari hal yang ada disekitar kita. Misalnya pembatasan penggunaan plastik, dan pemampaatan ulang terhadap barang yang sulit diurai secara alami. Plastik misalnya ia bisa terusai secara alami menghabiskan waktu 500-1000 tahun. Sementara penggunaan plastik di Indonesia saja tahun 2007 lebih dari 6 juta matrix ton. Bila kampanye penggunaan plastik efektif, dan penggunaan plastik berbahan baku kulit ketela yg cepat terurai di alam bisa berjalan, ‘percepatan’ kerusakan lingkungan bisa dikurangi. Juga dalam soal buang sampah rumah tangga, kita bisa memilah mana sampah organik dan non-organik. Yang organik bisa di urai oleh bakteri dan dapat dijadikan kompos /pupuk buatan. Yang non-organik bisa didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali.
Bumi yang satu, yang kita tempati bersama, bisa dikurangi ‘percepatan’ kerusakannya, dengan ‘usaha kecil’ kita lakukan, kesadaran kelestarian.

Kita hidup saat ini (2009) dan di sini(indonesia) diwariskan oleh generasi sebelumnya. Hutan yang tersisa, binatang yang tersisa, akan diwariskan kembali ke generasi berikutnya. Apa kata mereka saat mendapati warisan terdahulu telah dihancurkan oleh cara kita memperlakukan alam?

Komentar :

ada 0 komentar ke “Hari Bumi. Masih adakah yang peduli?”

Posting Komentar


Pengunjung


Buku Tamu

 
Powered by Blogger.com | Dioprek Oleh Sire