Selasa, 14 Juni 2011

Penyakit itu bernama Kegemukan

Salah satu penyakit orang modern, overweight alias ‘kegemukan’. di atas 50% orang modern, terutama yg tinggal di perkotaan punya gejala kegemukan.

Dulu saat kita kecil, untuk disebut orang sehat, salah satu syaratnya harus gemuk. Kini semua berbalik, malah kurus(ceking, jangkis-istilah pemakai karena terlalu kurusnya) jadi tren. Ada banyak terapipengobatan untuk bisa menjadi kurus. Terlebih di dunia modeling, yg mengutamakan penanpilan badan, ini jadi prasarat utama.

Gemuk dan kegemukan biasanya berangkat dari pola makan yg tidak terkontrol, baik porsi,jenis maupun waktunya. Ketidakdisiplinan melahirkan pola asupan gizi yg dibutuhkan tubuh tidak berimbang. Antara yg diperlukan dengan ketersedian tidak berimbang. Rasul mengajarkan, sudahilah makan sebelum kenyang. artinya kita diteladani sikap untuk tidak berlebih dalam urusan isi perut. ‘berilah porsi makan 30%,minuman 30% dan sisanya ‘ruang-kosong’ untuk bernapas. Saya jadi ingat dlm dunia komputer. Untuk menginstall software, hendaknya diberi ruang kosong agar software bisa berjalan maksimal. Hardisk tidak dibenarkan diinstall full. kalaupun kita isi semua dan tidak kita sisakan ruang, biasanya aplikasi yg kita jalankan bisa ‘hang’ suatu saat.



Mungkin di perut kita juga, mesti diatur ruang seperti itu. Agar keperluan kita untuk memaksimalkan ‘aplikasi’ seperti daya pikir, ketenangan jiwa bisa berjalan optimal. Overweight sebagai penyakit, kita melihat sangat menyiksa sipenderita. Untuk berjalan yg agak jauh sedikit aja, butuh napas ekstra. Belum lagi pembakaran lemak yg membuat suasana jadi panas, indikasinya gerah yg sulit dihindari.

Untuk bisa berpikir jernih, tentu salah satu prasaratnya mengurangi makan, dgn meyediakan ruang makanan 1/3nya saja. Saat ruang itu ada, cara kita berpikir jauh lebih jernih. Karenanya dalam banyak tradisi agama, ada ajaran tentang puasa. Ada ajaran yang mengharuskan pengikutnya untuk tdk memenuhi secara berlebih perutnya dengan makanan. Ajaran ini mengharuskan pengikutnya untuk bisa ‘mengurangi keinginannya’. Sebab setiap manusia selalu ingin memenuhi hasrat perutnya.

Salah satu tantangan terberat manusia modern, mengurasi hasrat untuk makan, terutama masyarakat per kotaan yg secara materi dikatagorisasikan berada. Buat mereka hampir tiap hari yg terbayang nanti,besok, lusa dst makan apa dan dimana. Demi menunjuki (guide for makan-er mania) di TV, disediakan acara khusus tentang wisata makan(kuliner). Dan acara ini punya rating tinggi. Banyak iklan. Imbasnya banyak stasiun TV lainpun mencari model acara serupa untuk meraih iklan+keuntungan. Sebab kalo kata pengkritik budaya massa, rating merupakan ‘tuhan’baru di dunia broadcasting. Apa kata rating ke sanalah stasiun2 TV berbondong. Apapun, hingga tak jarang banyak acara yg sebetulnya sangat tdk berkualitas karena ratingnya tinggi trus ditampilkan.

Problemnya, kuatkah kita disaat dikantong uang ada. Lingkungan sekitar kita mengajarkan bahwa
berwisata kuliner menjadi tren, yg menunjukan ‘gaul tdk-nya seseorang. Dan hasrat kita yg disuguhkan via iklan yg terus ‘meracuni’ mainstream dan pola pikir kita, mengatakan ia pada setiap iklan yg ditayangkan. Justru saya melihat sisi inilah nilai perjuangan.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Penyakit itu bernama Kegemukan”

Posting Komentar


Pengunjung


Buku Tamu

 
Powered by Blogger.com | Dioprek Oleh Sire